Contoh Kasus pada Struktur Bangunan Bertingkat

Diposting pada

Contoh kasus pada struktur bangunan bertingkat sangat banyak, namun kali ini ILMUTEKNIK hanya akan menyajikan beberapa contoh kasus atau masalah yang umumnya ditemui pada pekerjaan struktur bangunan bertingkat.

Pondasi 

Pondasi patah merupakan salah satu contoh kasus pada struktur bangunan bertingkat yang kadang dijumpai, pada dasarnya ada beberapa alasan yang menyebabkan pondasi patah seperti kondisi tanah yang tidak stabil, goncangan kendaraan berat dari jalan, atau pondasi tidak kuat menahan beban bangunan diatasnya. Agar kegagalan fungsi pondasi dapat dihindari, maka pondasi bangunan harus diletakkan pada lapisan tanah yang cukup keras, padat, dan kuat mendukung beban bangunan tanpa menimbulkan penurunan yang berlebihan.Pemilihan metode galian disesuaikan dengan perencanaan bangunan dan kondisi di lapangan. Pada metode galian basement ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain: jenis tanah, kondisi proyek, muka air tanah, besar tekanan tanah yang bekerja, waktu pelaksanaan, analisa biaya dan sebagainya. Beberapa masalah yang timbul dalam pelaksanaan pembuatan galian basement, seperti penurunan permukaan tanah disekitar galian yang dapat menyebabkan kerusakan struktural pada bangunan dekat galian, dan retaknya saluran dan sarana yang lain. Salah satu penyebabnya adalah penurunan permukaan air tanah disekitar galian akibat pemompaan selama konstruksi.

Dinding 

Dinding mengalami keretakan. Untuk jenis retakan pada dinding dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

  1. Retak struktural

Ciri utamanya, lebar retakan akan lebih dari 2 mm dan tembus sampai sisi dinding di baliknya. Retak strutural ini bisa dibedakan lagi menjadi retak tarik dan retak tekan.Retak struktural umumnya memerlukan perkuatan struktur dalam bentuk penebalan atau penambahan struktur.Beberapa penyebab utama retak struktural adalah adanya pergerakan berupa pergeseran atau penurunan permukaan tanah, getaran gempa ringan, pemadatan tanah yang tidak merata, erosi di bawah pondasi akibat aliran air tanah, dan pembebanan dinding yang tidak merata karena kolom dan balok tidak bekerja secara maksimal. 

  1. Retak non struktural

Ciri utamanya timbul garis lembut dengan arah yang tidak beraturan. Penyebabnya bisa berupa mutu pasir yang digunakan saat pembangunan kurang baik (misal terlalu banyak lumpur) atau karena komposisi campuran semen dan air tidak seimbang, pengaplikasian plester yang terlalu tebal atau belum mengering tetapi sudah melakukan proses pengacian dan pengecatan. Retak yang muncul di sudut kusen dan roster disebabkan karena proses muai dan susut antar material dinding dan kusen yang berbeda. Retakan berbentuk celah kecil berukuran di bawah 0.6 mm masih bisa ditambal dengan wall filler.

Baca juga Prosedur Pemasangan Ubin Keramik yang Tepat

Balok beton mengalami keretakan 

Struktur pada balok memiliki pola vertikal atau diagonal, selain itu terdapat juga pola retak-retak rambut. Keretakan balok beton dapat dikategorikan menjadi retak struktur yang terdiri dari :

  1. Retak lentur yang memiliki pola vertikal/tegak biasanya disebabkan oleh beban yang melebihi kemampuan balok.
  2. Retak geser yang memiliki pola diagonal/miring biasa terjadi setelah adanya retak lentur yang memiliki pola vertikal. Retak geser  dapat terjadi jika balok terkena gaya gempa. Selain itu keretakan balok dapat disebabkan proses pengerjaan yang kurang sempurna. 
  3. Retak-retak kecil atau retak rambut, banyak disebabkan oleh pengaruh lingkungan. Umumnya terjadi karena balok terpapar sinar matahari dan hujan.

Alternatif solusi :

1.Untuk balok beton yang di bawahnya terdapat dinding, dapat dibuat kolom/tiang kecil tambahan disekitar retakan. Fungsi kolom ini adalah untuk menopang balok dan membantu menyalurkan beban ke bawah/pondasi.

2.Untuk balok beton yang di bawahnya tidak memungkinkan diberi kolom tambahan, pertama-tama diberi injeksi epoxy pada retakan, kemudian dilakukan pembesaran dimensi balok dengan perkuatan eksternal. 

3.Untuk retakan kecil, cukup dilakukan penambalan dengan plesteran. Tujuannya agar tulangan besi tidak berhubungan langsung dengan udara luar yang dapat menyebabkan karat.

Kolom

  • Kolom retak merupakan contoh kasus pada struktur bangunan bertingkat yang sering dialami. Keretakan pada kolom bisa dikategorikan menjadi tiga jenis, kerusakan yang sifatnya tidak membahayakan, sedang dan membahayakan bila tidak segera ditangani. 
  1. Retak geser mempunyai pola diagonal/miring pada kolom biasanya disebakan oleh gaya pada arah horisontal/datar. Retak geser seperti ini cukup membahayakan bila tidak segera di tangani, karena bisa menyebakan kolom roboh dan tidak mampu menopang bangunan. 
  2. Retak lentur mempunyai pola horisontal/datar disebabkan oleh tekanan yang berlebihan pada kolom. Seperti halnya retak geser, retak lentur perlu ditangani dengan cermat.
  3. Retak rambut dengan pola tidak beraturan. Saat usia bangunan masih muda, retak-retak rambut sudah bisa dideteksi. Sekalipun retak rambut tidak membahayakan, namun cukup mengganggu pemandangan. Retak-retak kecil ini banyak disebabkan oleh pengaruh lingkungan, yaitu perubahan suhu panas dan dingin yang drastis. Misalnya rumah dibangun pada musim panas, setelah selesai terpapar hujan terus menerus
  • Selimut beton terkelupas

Selimut beton pada kolom terkelupas. Dapat disebakan oleh rendahnya kualitas/mutu beton yang digunakan, sehingga kekuatan beton terhadap tekanan berkurang dan selimut beton mudah pecah. Kontrol terhadap tahapan pembangunan sangat diperlukan untuk mencegah penurunan kualitas beton. 

Baca juga Mengenal Apa itu Beton Decking Beserta Fungsinya

  • Tulangan bengkok 

Kerusakan pada kolom (kolom retak) dimana tulangan besi utama terlihat bengkok. Secara kasat mata terlihat kolom sedikit bengkok. Hal ini diakibatkan kurangnya jumlah dan atau kurangnya ukuran besi pengikat (sengkang).

Pelat Lantai

Pelat lantai mengalami keretakan. Dapat disebabkan oleh beban yang terlalu besar,gaya yang tidak stabil, kualitas beton yang rendah ataupun kesalahan dalam melepas bekesting selain itu pembebanan yang terlalu cepat dan kesalahan dalam proses curing juga dapat menyebabkan pelat lantai beton mengalami keretakan.

Semoga artikel tentang Contoh Kasus pada Struktur Bangunan Bertingkat ini bermanfaat. Jangan lupa ikuti INSTAGRAM dan FACEBOOK kami dan dapatkan informasi seputar dunia teknik setiap harinya.

Saat ini bekerja sebagai Engineering staff di PT Bali Nusaintan, Bali. Menguasai skill dasar mechanical dan electrical, serta pengetahuan umum tentang teknik sipil dan bangunan. Memiliki website ilmuteknik.id yang membahas pengetahuan dan tips tentang bangunan, kelistrikan serta pengetahuan umum dibidang teknik. Saat ini telah menjangkau pengunjung sabanyak 1000 visitor/day. Telah 6 tahun terjun dalam dunia blogging, menguasai skill copywriting, SEO, dan SEM. Menyediakan jasa link placement, backlink wikipedia, dan penulisan artikel.