Apa saja jenis-jenis batu bara? Jika kamu penasaran dengan semua karakterstika dari setiap batu bara, silahkan simak artikel ini sampai selesai.
Batu bara merupakan salah satu bahan tambang yang dikenal berasal dari tumbuhan organik yang sudah lama mengendap, tertimbun, dan membusuk.
Selain itu ada juga beberapa jenis batu bara yang ada di Indonesia seperti lignit, sub bituminus, bituminus, dan antrasit.
Di Indonesia salah satu daerah penghasil batu bara yang terbesar adalah di Pulau Laut yang berada di Kalimantan Selatan.
Selain itu ada beberapa wilayah juga yang menghaasilkan batu bara seperti Samarinda, Meulaboh, Lahat, Tanjung Enim, Sorong, dan Sawahlunto.
Batu bara merupakan batuan yang terdiri dari unsur hidrogen, karbon, nitrogen, dan oksigen. Semua unsur tersebut bisa dijadikan sumber energi yang dibutuhkan oleh dunia sebagai bahan bakar pembangkit listrik, industri baja, semen, aluminium, kertas, bahkan hingga industri farmasi.
Lalu apa saja jenis-jenis batu bara? Jika kamu penasaran kali ini Ilmuteknik akan menjelaskan kepada kalian mengenai jenis-jenis batu bara.
Jenis-jenis Batu Bara yang Perlu Diketahui
Berdasarkan penelitian yang terdokumentasi dalam buku “Coal Processing and Utilization” oleh Subba Rao D. V. dan Gouricharan T. pada tahun 2016 (halaman 121), dapat diketahui bahwa proses pembentukan batu bara memiliki dampak signifikan terhadap variasi jenis dan tingkat kualitas batu bara yang dihasilkan dari proses penambangan tersebut.
Proses pembentukan batu bara dimulai dari material tumbuhan yang telah mengalami dekomposisi sempurna, di mana terjadi preservasi tanpa adanya oksigen.
Tekanan tinggi dan suhu tertentu yang diterapkan pada material tumbuhan tersebut menyebabkan perubahan yang bersifat kimia dan fisika.
Berikut beberapa jenis batu bara yang perlu kamu ketahui:
1. Lignite
Lignite, yang juga dikenal sebagai batu bara muda, merupakan bentuk awal dari proses coalification yang mengubah gambut menjadi batu bara.
Seiring dengan perkembangannya, lignite mencerminkan karakteristik khusus yang membedakannya dari jenis batu bara lainnya.
Salah satu ciri utama lignite adalah warnanya yang cenderung kecoklatan. Sebagai batu bara yang masih dalam tahap awal pembentukannya, lignite memiliki kandungan energi yang relatif rendah, mencapai maksimal 20 MJ/kg.
Keberadaan bahan pengotor dalam lignite cukup signifikan, berkisar antara 40 hingga 75%, memberikan dampak pada kualitas dan kegunaan batu bara ini.
Uniknya, lignite dapat mengandung hingga maksimal 70% unsur karbon, menandakan tingkat kematangan yang lebih rendah dibandingkan dengan jenis batu bara lainnya.
Kandungan debu dalam lignite juga patut dicatat, mencapai 9% atau bahkan lebih, yang perlu dipertimbangkan dalam proses penanganan dan penggunaannya.
2. Sub Bituminus
Sub-bituminous merupakan jenis batu bara yang berada pada tingkat kematangan yang lebih tinggi daripada lignite, meskipun tetap mempertahankan kelembutan karakteristiknya.
Batu bara ini memiliki ciri khas yang membuatnya menjadi sumber energi yang cukup penting dalam konteks pembangkit listrik.
Warna sub-bituminous yang cenderung coklat kehitaman menandakan bahwa batu bara ini telah mengalami proses coalification lebih lanjut dibandingkan dengan lignite.
Meskipun lebih tua, sub-bituminous masih tergolong ke dalam kelompok batu bara yang lunak, yang memudahkan dalam proses pengolahannya.
Salah satu karakteristik utama sub-bituminous adalah kandungan karbonnya yang berkisar antara 40 hingga 60%. Kandungan ini memberikan tingkat energi maksimal sekitar 26 MJ/kg, membuatnya menjadi pilihan yang ideal untuk digunakan dalam Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Ketersediaan energi yang cukup tinggi menjadikan sub-bituminous sebagai bahan bakar yang efisien dalam menghasilkan tenaga listrik.
3. Bituminus
Bituminous, jenis batu bara yang sering menjadi pilihan utama dalam industri Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), menonjol dengan karakteristik uniknya.
Warna hitam yang mencolok menjadi ciri khas dari batu bara ini, yang memiliki kandungan karbon yang mencapai 80% dari total beratnya.
Energi yang terkandung dalam bituminous sangat mencolok, mencapai sekitar 35 MJ/kg. Keberadaan energi sebesar ini menjadikan bituminous sebagai salah satu batu bara paling efisien dan potensial untuk memenuhi kebutuhan listrik dalam skala industri.
Bituminous juga dapat dibedakan lebih lanjut menjadi beberapa kategori, termasuk low volatile, medium volatile, dan high volatile.
Kategori ini mencerminkan tingkat volatilitas atau kemampuan batu bara untuk menguapkan komponennya. Secara umum, semakin rendah tingkat volatile, semakin tinggi kualitas batu bara tersebut.
4. Antrasit
Antrasit, sebagai jenis batu bara puncak, menonjol dengan tingkat kematangan yang tertinggi dalam proses coalification.
Keistimewaan antrasit terletak pada kandungan karbon yang paling melimpah, menghasilkan energi luar biasa yang dapat mencapai lebih dari 35 MJ/kg.
Ciri khas utama antrasit adalah warna hitam pekat yang mengkilap, mencerminkan tingkat kematangan dan kepadatan yang tinggi.
Keberadaan karbon yang mencapai jumlah maksimal membuat antrasit menjadi salah satu sumber energi terkaya yang dapat diekstraksi dari batu bara.
Keunikan lainnya dari antrasit adalah kandungan bahan pengotornya yang sangat minim. Sifat ini menjadikan antrasit sebagai jenis batu bara yang bersih dan efisien dalam pembakarannya.
Meskipun lebih sulit dibakar dibandingkan dengan jenis batu bara lainnya, antrasit memberikan keunggulan dengan pembakaran yang lebih bersih dan asap yang minimal.
Nah itulah penjelasan mengenai jenis-jenis batu bara untuk menunjang kebutuhan berbagai industri. Semoga informasi ini bermanfaat, Terima kasih sudah membaca.