Adapun kegiatan-kegiatan yang berpotensi melanggar etika profesi saat pemberlakuan New-Normal menurut saya yaitu :
1. Membatasi jumlah penmpang dalam suatu angkutan umum
Pemilik angkutan umum tentunya mengingkan keuntungan yang sebesar-besarnya, biasanya mereka akan memaksimalkan ruang yang ada dalam kendaraan tersebut. Semakin banyak penumpang yang muat dalam satu kendaraan, maka semakin besar pula keuntungan yang akan didapat oleh pemilik angkutan umum. Namun hal ini tidak akan berlaku lagi jika sudah masa new normal, karena nantinya penumpang didalam kendaraan umum harus berjarak 1 meter dengan penumpang lainnya. Bisa jadi pemilik angkutan umum hanya akan menerima untung yang amat kecil, malah tidak menutup kemungkinan akan bangkrut karena tidak balik modal. Contohnya: sebuah angkutan umum mematok harga Rp.4.000,00 untuk sekali perjalanan baik jauh maunpun dekat, jika dalam sekali jalan hanya ada 10 penumpang maka akan didapat uang sebesar Rp.40.000,00 padahal biaya bensin yang dikeluarkan untuk sekali jalan yaitu RP.25.000,00 belum uang untuk makan dll. Jika didapat keuntungan bersih Rp.10.000,00 dalam sekali jalan, maka pemilik angkutan umum akan merasa rugi dikarenakan tenaga dan biaya perawatan angkutan umum tersebut tidak sebanding dengan keuntungan yang didapat.
2. Membatasi jumlah karyawan yang masuk dalam suatu perusahaan
Beberapa hal yang mungkin bisa terjadi jika ada pembatasan jumlah karyawan yang masuk yaitu :
a. Pembatasan jumlah karyawan yang masuk ini bisa mengakibatkan terjadinya PHK
b. Memperlambat suatu pekerjaan
c. Satu orang akan mengerjakan banyak tugas, sehingga dia kelebihan pekerjaan.
· Pembatasan jumlah karyawan yang masuk tentunya akan membuat perusahaan berfikir untuk memaksimalkan tenaga kerja yang mereka punya, akan dipilih orang-orang yang dirasa produkif saja sesuai kebutuhan mereka, sementara yang dirasa kurang produktif akan dirumahkan. Selain menghemat pengeluaran mereka juga melalukan anjuran pemerintah.
· Memperlambat suatu pekerjaan
Kenapa dapat memperlambat suatu pekerjaan? Karena adanya karyawan yang libur pada hari itu, padahal hasil pekerjaanya dibutuhkan secepatnya. Contohnya: Dikarenakan pembatasan jumlah karyawan yang masuk maka director of engginering , merasa bahwa dirinya dapat bekerja dari rumah saja, namun ternyata pada saat itu dihotel perlu membeli suatu barang hari itu juga karena bersifat penting dan mendesak. Tetapi dikarenakan director of engginering tidak ada di hotel, maka seseorang perlu ke rumahnya untuk meminta tanda tangan, agar barang tersebut segera dibeli. Hal ini akan memakan waktu yang cukup lama, karena harus pergi kerumah director of engginering hanya untuk meminta tanda tangan prsetujuan
· Satu orang akan mengerjakan banyak tugas, sehingga dia kelebihan pekerjaan.
Setiap perusahaan seharusnya memberikan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan orang tersebut, namun dikarenakan adanya pembatasan karyawan yang masuk maka karyawan yang masuk tersebut dituntut untuk mengerjakan hal lain juga, bisa jadi karyawan tersebut setiap hari akan lembur karena porsi pekerjaan yang diberikan cukup banyak. Hal ini lama kelamaan akan berdampak pada kesehatan karyawan tersebut.
3. Melarang pekerja diatas 50 tahun untuk masuk kerja
Bisa saja pekerja tersebut memiliki kondisi tubuh yang masih prima sehingga masuk sanggup bekerja, namun dikarenakan adanya aturan tersebut maka pekerja tersebut terancam akan kehilangan pekerjaan.
Selain itu kebanyakan kepala perusahaan berusia 50 tahun keatas, lantas apa jadinya kalau mereka tidak diizinkan untuk datang ke perusahaan. Mereka setidaknya harus datang 1-2 kali dalam seminggu, tetapi dikarenakan pembatasan tersebut mereka tidak bisa melihat kondisi perusahaan secara langsung, dan hanya menerima laporan dari karyawan yang masih bekerja didalam perusahaan tersebut.