CDI: Pengertian, Jenis, Mekanism dan Komponennya Lengkap

Diposting pada

Bagi para penggemar dunia otomotif tentu sudah tidak asing lagi dengan yang namanya CDI atau Capacitor Discharge Ignition. Komponen satu ini memainkan peranan penting dalam sistem pengapian kendaraan bermotor agar mesin kendaraan bisa menyala.

Apabila terdapat permasalahan pada sistem CDI maka mesin kendaraan bermotor tidak akan dapat bekerja dengan optimal. Sehingga jika sewaktu-waktu kendaraan bermotor rusak atau tidak mau menyala, bisa jadi permasalahan terletak pada sistem pengapian atau Capacitor Discharge Ignitionnya.

Apa Itu CDI?

Apa Itu CDI

Capacitor Discharge Ignition atau CDI adalah bagian yang sangat vital dalam mendukung sistem pengapian pada kendaraan roda dua. Ketika percikan api pada mesin berintegrasi dengan CDI kendaraan bermotor maka pembakaran pada mesin pun terjadi dengan sempurna.

Capacitor Discharge Ignition terdiri dari serangkaian sistem pengapian mesin kendaraan bermotor baik roda empat hingga roda dua. Untuk mesin motor dengan ukuran ruang terbatas maka Capacitor Discharge Ignition yang tepat adalah yang berdesain simpel.

Komponen pengapian ini nantinya akan mengatur waktu yang tepat agar percikan api dari busi bisa digunakan pada bahan bakar yang diolah oleh piston. Ketika komponen pengapian ini tidak dapat bekerja dengan baik maka akan mempengaruhi proses pengapian kendaraan secara keseluruhan.

Selain berfungsi untuk menyalakan mesin motor melalui sistem pengapian yang baik, CDI juga berperan dalam menjaga laju dan gerak kendaraan tersebut. Mengingat fungsi komponen ini yang sangat penting dalam menjaga kecepatan motor serta nyala pada mesin maka pemilik harus selalu mengecek kondisinya.

2 Macam Sistem Pengapian Pada CDI

Sebagai suatu rangkaian sistem pengapian di dalam kendaraan bermotor, Capacitor Discharge Ignition terdiri dari dua jenis yaitu sistem pengapian AC dan sistem pengapian DC. Kedua sistem ini meskipun secara umum memiliki fungsi yang sama namun sistem dan komponen yang digunakan berbeda.

1. Sistem Pengapian CDI AC

Sistem Pengapian CDI AC

Sistem pengapian Capacitor Discharge Ignition yang pertama adalah sistem pengapian CDI AC yang merupakan sistem pengapian paling awal dipakai untuk motor. Sumber tegangan utama yang digunakan dalam sistem pengapian ini adalah bagian spul atau alternator mesin motornya.

Dari komponen alternator ini kemudian dihasilkan arus bolak-balik AC yang digunakan oleh CDI. Ketika arus listrik mengalir menuju kapasitor, arus akan melewati komponen dioda terlebih dulu. Komponen dioda ini berperan dalam mengubah jenis arus yang mengalir menjadi satu arah atau arus DC.

2. Sistem Pengapian CDI DC

Sistem Pengapian CDI DC

Sistem pengapian lebih modern adalah CDI DC dimana sistem satu ini tidak menggunakan perangkat rectifier yang membuat sistem pengapian lebih sederhana. Sumber arus tidak diperoleh dari komponen spul melainkan didapatkan dari komponen kiprol yang membuat arus diubah menjadi arus searah (DC).

Mekanisme kerja sistem pengapian ini yang menghasilkan arus searah DC secara langsung membuatnya tidak memerlukan komponen dioda sama sekali untuk mengubah bentuk arus menjadi searah.

Secara bentuk mungkin kedua sistem pengapian ini hampir sama namun sistem yang digunakan sebenarnya berbeda satu dan lainnya.

Mekanisme Kinerja CDI Pada Kendaraan Bermotor

Mekanisme Kinerja CDI Pada Kendaraan Bermotor

Mekanisme kinerja Capacitor Discharge Ignition pada kendaraan bermotor dibedakan berdasarkan jenis sistem pengapian itu sendiri yaitu versi modern dan versi sederhana. Berikut adalah mekanisme kinerja sistem pengapian Capacitor Discharge Ignition pada kedua jenis komponen:

1. Sistem Capacitor Discharge Ignition Versi Modern

Sistem pengapian pertama adalah Capacitor Discharge Ignition versi modern yang memiliki kelebihan dari segi waktu penggunaan lebih lama. Sistem pengapian ini memanfaatkan pulse igniter dan tidak membutuhkan perangkat platina sama sekali.

Sistem pengapian Capacitor Discharge Ignition versi modern memiliki fungsi pengirim sinyal PWM ketika mesin motor dinyalakan.

2. Sistem Capacitor Discharge Ignition Versi Sederhana

Sistem pengapian kedua adalah Capacitor Discharge Ignition versi sederhana yang masih menggunakan material platina untuk mengalirkan arus ke komponen kapasitor. Jika menggunakan Capacitor Discharge Ignition versi sederhana, maka perangkat ini baru akan bekerja ketika kontak motor diubah menjadi On.

Ketika motor sudah diubah menjadi On maka arus pun mengalir di komponen Capacitor Discharge Ignition. Arus listrik kemudian mengalir melewati converter kemudian memperbesar tegangan di baterai hingga mencapai tegangan sebesar 300 Volt.

Ketika berada dalam kondisi ini maka mesin motor belum menyala sementara arus listriknya masih tertahan di dalam kapasitor. Apabila mesin motor menyala maka sinyal akan dikirim dari pick up coil ke PWM. Besar sinyal yang dikirimkan ditentukan oleh RPM mesin.

Selanjutnya juga muncul pulse tertentu yang dikirimkan ke SCR. Arus kapasitor kemudian dialihkan melalui SCR. Komponen kapasitor akan langsung terhubung ke ignition coil ketika rangkaian baterai terputus. Magnet pun kemudian dihasilkan pada kumparan primer besar.

Kemagnetan yang muncul di kumparan primer besar yang menghasilkan induksi kumparan sekunder dengan besar tegangan mencapai 7 kali lebih kuat. Output tegangan ini menyebabkan munculnya percikan api pada busi.

Dari percikan api yang muncul pada busi ini akan menyebabkan terjadinya pembakaran bahan bakar. Dari sini maka mesin kendaraan bermotor pun akan menyala dan kendaraan bisa digunakan.

Komponen yang Menyusun Capacitor Discharge Ignition

Sistem pengapian Capacitor Discharge Ignition didukung oleh beberapa jenis komponen yang memiliki fungsi berbeda-beda sebagai berikut:

1. Baterai

Baterai

Baterai merupakan komponen pada Capacitor Discharge Ignition yang berfungsi untuk menghasilkan arus pertama ketika kontak kendaraan diposisikan sebagai On. Arus pertama dari baterai ini kemudian dialirkan ke komponen kapasitor.

2. Pulse Igniter

Pulse Igniter

Komponen pulse igniter merupakan komponen yang disebut juga sebagai pick up coil. Komponen pulse igniter memiliki fungsi untuk mengirim sinyal PWM untuk menentukan waktu kapasitor discharge.

3. Voltage Converter

Voltage Converter

Komponen selanjutnya pada Capacitor Discharge Ignition adalah voltage converter yang mekanisme kerjanya seperti trafo step up untuk meningkatkan besar tegangan primer. Oleh karena itu komponen ini fungsinya untuk memperbesar tegangan listrik di baterai dari yang awalnya 12 V menjadi 300 V.

Voltage converter berfungsi untuk membuat daya Capacitor Discharge Ignition lebih besar dibandingkan sistem pengapian yang biasa.

4. Ignition Coil

Ignition Coil

Komponen ignition coil merupakan komponen sistem pengapian yang fungsinya mengubah arus listrik sebesar 12 Volt menjadi sebesar 20 kV. Dengan peningkatan tegangan listrik maka percikan api pun dapat dihasilkan pada busi kendaraan bermotor

5. Busi

Busi

Komponen busi adalah salah satu komponen utama sistem pengapian yang berposisi sebagai tempat dihasilkannya percikan api serta berakhirnya arus listrik. Proses munculnya percikan api ini disebabkan oleh celah yang ditimbulkan oleh elektroda.

6. CDI Unit

CDI Unit

Komponen CDI unit terhubung ke thyristor, resistor, dioda dan kapasitor untuk bagian utamanya. Unit ini memiliki fungsi sebagai baterai kecil untuk mengalirkan ars dan menyimpannya dalam voltase besar.

CDI atau Capacitor Discharge Ignition merupakan bagian penting sistem pengapian kendaraan. Percikan api yang muncul di busi lalu berintegrasi sehingga tercipta pembakaran bahan bakar dengan sempurna. Sistem pengapian ini terdiri dari beberapa komponen seperti baterai, voltage converter, pulse igniter