10 Rumah Gaya Bali Tradisional (Adat) & Penjelasannya

Diposting pada

Indonesia merupakan negara yang memiliki budaya yang sangat ragam. Salah satu daerah yang memiliki ciri khas tersendiri dan banyak menarik perhatian wisatawan adalah Bali. Rumah gaya Bali tradisional hingga saat ini masih banyak berdiri kokoh dan dikunjungi banyak orang.

Pada umumnya, setiap daerah memiliki desain arsitektur rumah yang berbeda-beda. Khusus untuk Bali, gaya desainnya terkenal unik dan mengandung kesan sakral yang kuat. Meskipun demikian, rumah-rumah tersebut tetap menarik, sederhana, dan nyaman untuk dihuni.

Jika Anda berkunjung ke Bali, tentu akan melihat beberapa bagian-bagian rumah yang unik. Mulai dari keberadaan gapura dengan penuh ukiran, taman, pintu rumah, serta ornamen-ornamen khas yang tidak dimiliki oleh rumah-rumah di daerah lain.

10 Bangunan Rumah Gaya Bali Tradisional

Arsitektur Bali dipengaruhi oleh unsur Jawa kuno dan tradisi agama Hindu. Oleh karena itu, rumah-rumah yang ada disana biasanya menggunakan beberapa bahan seperti bambu, Jerami, batu bata, kayu kelapa, batu, dan kayu jati. Berikut ini terdapat beberapa ciri khas rumah gaya Bali tradisional.

1. Angkul-Angkul

Angkul-Angkul

Angkul-angkul merupakan bangunan depan gapura yang menyerupai pura. Desainnya berbeda dengan pintu gerbang yang ada di daerah lain. Pintu gerbang tradisional khas Bali selalu menggunakan atap yang disebut kori.

Umumnya angkul-angkul memiliki ukuran yang tidak terlalu besar. Bangunan khas Bali ini biasanya digunakan pada rumah yang tidak menggunakan kendaraan tradisional di zaman dulu. Akan tetapi, sekarang ukuran angkul-angkul sudah dapat disesuaikan dengan jenis kendaraan pemilik rumah.

Dalam pembangunan, masyarakat tidak memiliki standar tertentu dalam menentukan bentuk angkul-angkul yang harus dibangun. Meskipun demikian, masyarakat Bali percaya bahwa keberadaan bangunan tersebut sangat penting dalam sebuah rumah. Makna keberadaan angkul-angkul:

  • Estetika

Desain rumah tradisional khas Bali akan lebih estetik jika memiliki angkul-angkul pada bagian depan. Sebenarnya, desain bangunan pada masyarakat jaman dulu berbeda-beda tergantung kasta. Semakin tinggi kasta seseorang, maka desain angkul-angkulnya juga akan semakin mewah.

  • Magis

Angkul-angkul di Bali tidak dapat dibangun secara sembarangan. Bangunan tersebut diibaratkan sebagai mulut sebuah rumah. Jadi, saat mulut dalam kondisi tertutup, tidak ada suatu benda apapun yang bisa masuk, termasuk hal-hal yang berbau gaib.

  • Keamanan

Angkul-angkul juga berperan penting untuk menjaga keamanan pemilik rumah. Setiap angkul-angkul selalu memiliki apit lawang yang terletak di bagian depannya. Nah, apit lawang ini berbentuk patung druapala, tampak seperti raksasa yang sedang membawa senjata bernama gada.

2. Bale Manten

Bale Manten

Bangunan gaya Bali tradisional yang dibangun khusus untuk kepala keluarga dan anak-anak perempuannya disebut dengan Bale Manten. Rumah ini berbentuk persegi panjang dan terdiri dari dua buah bale yang ditempatkan di sebelah kiri dan kanan ruangan.

Bale Manten dibangun menggunakan 8 tiang kayu (sakutus) dan 12 (saka roras). Bagian bawah dari rumah ini harus dibuat lebih tinggi dari halaman dan bangunan lain. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari terjadinya resapan air dan menjaga estetika.

Saat ini, Bale Manten sudah banyak mengalami perubahan bentuk arsitektur. Bahkan, ada yang beranggapan bahwa bangunan ini umumnya dibuat menghadap ke sebelah utara dan dikelilingi oleh bale-bale.

3. Bale Gede

Bale Gede

Rumah gaya Bali tradisional selanjutnya adalah Bale Gede. Rumah ini hampir sama dengan Bale Manten yang memiliki 12 tiang, akan tetapi bentuknya bisa segi empat atau persegi panjang. Semuanya tergantung dari jumlah tiang yang digunakan.

Jumlah tiang dalam rumah Bali terbagi menjadi tiga jenis, yaitu Sekanem, untuk bale 6 tiang, Sekutus Astasari untuk bale 8 tiang, dan Sangasari untuk 9 tiang. Bale Gede umumnya digunakan untuk upacara adat, sehingga ukurannya juga cenderung lebih besar.

Jika dibuat dalam satu rumah, posisi Bale Gede harus lebih tinggi dari Bale Manten. Selain tempat beribadah, bangunan ini juga dapat berfungsi sebagai tempat berkumpul, menyajikan makanan khas Bali, serta membakar sesajen.

4. Aling-Aling

Aling-Aling

Aling-Aling berarti energi positif dan keharmonisan rumah. Bangunan ini berfungsi sebagai pembatas antara alung-alung dan pekarangan luar. Selain itu, aling-alung juga dapat menjaga privasi antara penghuni rumah dengan tamu yang belum dikenal.

Pada jaman dulu, masyarakat membuat aling-aling dari daun kelapa kering (kelangsah) atau kelabang mantri. Hal tersebut bertujuan sebagai pelindung dari kekuatan negatif karena ulat atau sulaman dari daun kelapa yang diletakkan di aling-aling.

5. Bale Dauh

Bale Dauh

Dalam rumah gaya Bali tradisional, Bale Dauh biasanya berfungsi sebagian ruangan bagi pemilik rumah untuk menerima tamu. Selain itu, bangunan ini juga sering digunakan sebagai tempat istirahat bagi remaja laki-laki.

Sama halnya dengan Bale Manten, Bale Dauh juga memiliki tiang penyangga dan berbentuk persegi panjang. Jumlah tiang tersebut biasanya selalu berbeda antara rumah satu dan rumah lainnya. Posisi lantai bangunan ini harus lebih rendah dari Bale Manten.

6. Sanggah

Sanggah

Pura keluarga yang selalu ada di dalam kompleks perumahan pribadi masyarakat Bali disebut dengan Sanggah. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat beribadah keluarga. Pembangunan Sanggah harus berada di area timur laut rumah dan hanya tidak bisa dimasuki oleh sembarang orang.

7. Bale Sepakat

Bale Sepakat

Dari segi ukiran, Bale Sepakat merupakan rumah khas Bali yang memiliki ukiran penuh dan paling mewah. Kemewahan tersebut ditambah dengan keberadaan empat tiang pada bagian depan yang juga penuh dengan ukiran. Bale Sepakat berfungsi sebagai tempat santai keluarga.

8. Rumah Gaya Bali Tradisional Pawaregen

Rumah Gaya Bali Tradisional Pawaregen

Pawaregen memiliki fungsi yang sama dengan dapur. Bangunan ini memiliki tampilan sederhana dengan posisi lantai yang rendah. Pawaregen umumnya dibangun di arah barat laut atau arah selatan rumah sekaligus menjadi tempat untuk menyimpan peralatan memasak.

9. Gapura Candi Bentar

Gapura Candi Bentar

Rumah khas Bali tradisional yang memiliki arsitektur yang unik dan struktur yang indah dikenal dengan Gapura Candi Bentar. Keindahan serta keunikannya tersebut berhasil memikat hari wisatawan lokal maupun mancanegara untuk selalu melihatnya.

Pada jaman dulu, Gapura Candi Bentar hanya dibangun di beberapa area tertentu, misalnya Istana, Puri, atau Pura. Namun, seiring berjalannya waktu, bangunan ini mulai didirikan oleh masyarakat umum Bali.

Bangunaan gapura memiliki dua buah Candi Bentar yang sama di kedua sisi, yaitu kanan dan kiri sebagai pintu masuk menuju ke pekarangan rumah. Menariknya, bagian atas gapura ini dibiarkan terpisah sehingga tidak memiliki penghubung antar sisinya.

10. Klumpu Jineng

Klumpu Jineng

Klumpu Jineng merupakan bangunan khas Bali yang memiliki bentuk paling unik. Bentuknya terlihat seperti rumah panggung kecil dimana bagian luar dindingnya terbuat dari jerami kering. Klumpu Jineng berfungsi sebagai tempat untuk menaruh kumpulan gabah yang sudah dijemur.

Bali merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki ciri khas budaya yang sangat kental. Hal ini terlihat pada bentuk bangunan rumah yang dipercaya memiliki kekuatan magis, estetik, dan harus menjadi pelindung bagi pemiliknya.

Contoh rumah gaya Bali tradisional diantaranya Alung-Alung, Bale Gede, Bale Sepakat, Bale Manten, Alung-Alung, Sanggah, Bale Dauh, Klumpu Jineng, dan masih banyak lagi. Meskipun kental dengan nuansa tradisional, tetapi rumah-rumah tersebut kini dapat dibangun dengan versi modern.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *