POTENSI URANIUM SEBAGAI BAHAN BAKAR NUKLIR DI INDONESIA
Seperti sudah kita ketahui bahwa bahan bakar utama untuk reaksi fisi adalah uranium. Menurut para ahli geologi, uranium termasuk hasil tambang yang paling dahulu terbentuk di muka bumi ini. Uranium terbentuk pada zaman Kambrium sekitar 3.900 juta tahun yang lalu. Diduga pada masa itu juga terbentuk tembaga, emas, dan nikel. Uranium dari hasil tambang terdiri dari isotop U-235 dan isotop U-23 8 yang keduanya mempunyai waktu paruh yang sangat panjang.
Setiap zat radioaktif mempunyai waktu paruh, yaitu waktu yang diperlukan untuk meluruh sehingga jumlah zat radioaktif tersebut tinggal setengah dari jumlah semula.Waktu paruh juga sering dinamakan dengan Tl /2 (T-setengah). U-238 yang mempunyai waktu paruh yang paling panjang, mempunyai anak turun sebanyak 20 isotop. Dalam hal ini, anak turun yang terakhir dan stabil adalah timah hitam atau Plumbum, Pb-206. U-235 mempunyai anak turun sebanyak 1 7 isotop dan anak turun terakhir adalah juga timah hitam, tetapi isotopnya lain, yaitu Pb207.
Selain dari hasil tambang, uranium juga banyak terdapat di kulit bumi. Dalam konsentrasi kecil, uranium dapat ditemukan dimana saja, di bebatuan, dalam tanah, sungai, dan juga di laut.
Bahkan uranium juga dapat dijumpai dalam siklus makanan dan di dalam tubuh manusia, walaupun dalam jumlah yang sangat sedikit. Konsentrasi uranium dari hasil tambang secara kuantitas ditentukan oleh lokasi penambangannya. Akan tetapi, secara umum uranium ‘ditemukan pada batuan granit yang terdapat sekitar 60% dalam kerak bumi. Adapun konsentrasinya berkisar 4 ppm.
Deposit uranium di Indonesia, banyak terdapat di Kalimantan, Sumatra Barat, pantai selatan Jawa, Sulawesi, dan Papua. Dari beberapa tempat tersebut yang sudah dieksplorasi adalah deposit yang terdapat di daerah Kalan, Kalimantan Barat. Diperkirakan besarnya cadangan uranium di Kalimantan sekitar 59.000 ton. Di Papua juga terdapat uranium yang jumlahnya diperkirakan lebih besar dari uranium di Kalimantan.
Jika diasumsikan total uranium di Kalimantan dapat dieksploitasi maka dapat digunakan sebagai sumber bahan bakar bagi PLTN dengan daya 1.000 Megawatt selama lebih kurang 300 tahun. Apabila Indonesia membangun empat PLTN pada tahun 2025, dengan daya masing-masing 1.000 Megawatt maka uranium di Kalimantan dapat digunakan sebagai bahan bakar PLTN selama 75 tahun.
Supaya Iebih irit, Indonesia dapat membangun empat PLTN jenis Pressurized water reactor pada tahun 2025. Pada tahap selanjutnya, Indonesia membangun PLTN jenis breeder• reactor. Bahan bakar bekas dari empat PLTN yang dibangun pada tahun 2025 digunakan sebagai bahan bakar baru bagi PLTN jenis breeder. reactor. Dengan demikian, kita dapat’menghemat bahan bakar nuklir dan mengurangi limbah zat-zat radioaktif.
Ketika uranium di Kalimantan habis, kita dapat menggunakan ranium yang ada di Papua. Dengan demikian, kita dapat menggunakan PLTN dengan uranium produksi domestik untuk jangka panjang.
Kekayaan alam berupa uranium sejauh ini baru pada tahap eksplorasi, belum sampai ke tingkat eksploitasi. Hal ini karena sampai saat ini Indonesia belum mempunyai PLTN. Adapun reaktor riset yang dimiliki oleh Indonesia hanya memerlukan uranium yang relatif sedikit, sebab dayanya juga relatif. kecil. Dengan demikian untuk saat ini, Indonesia membeli uranium dari luar negeri sebab secara ekonomis harganya lebih murah.
Uranium sebagai bahan tambang yang belum dimanfaatkan secara maksimal akan menjadi sumber energi alternatif di masa yang akan datang. Hal ini karena cadangan BBM dan gas di Indonesia relatif sedikit. Jika BBM dan gas habis maka kita memerlukan pembangkitt listrik tenaga nuklir untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional. pada waktu itu, eksploitasi uranium di Indonesia harus sudah dilaksanakan.
2 komentar