PEDOMAN PENGELOLAAN SEDIMENTASI WADUK – Pelewatan sedimen (sluicing) melalui waduk adalah usaha menghindari pengendapan sedimen yang masuk ke waduk, pelewatan sedimen hanya dapat dilakukan pada musim hujan. Tindakan pelewatan dilakukan dengan sistim pengoperasian bangunan keluaran bawah (bottom outlet) dengan pertimbangan yaitu, tersedia volume air yang cukup selama waktu pelewatan sedimen, bentuk kolam waduk memanjang, jenis sedimen yang akan dikeluarkan berukuran relatif kecil.
Baca juga Matakuliah operasional dan pemanfaatan infrastruktur
Operasi waduk untuk untuk pelewatan sedimen dimaksudkan untuk mengeluarkan air waduk pada kondisi keruh. Pada kondisi jernih dilakukan dengan berusaha menampung aliran air tersebut. Persyaratan bangunan bendungan untuk terselenggaranya pelimpah sedimen dengan metode “menampung yang jernih dan membuang yang keruh”.
Teknik operasi, selama musim banjir elevasi muka air dijaga pada ketinggian kurang lebih separuh antara elevasi mercu pelimpah dengan minimum operasi waduk elevasi mercu pelimpah. Hal ini dimaksudkan untuk memelihara agar air tidak terbuang terlalu banyak selama masa penampungan, dan memelihara agar kedalaman air cukup tinggi untuk memelihara keberhasilan pengeluaran air keruh. Kajian yang harus menyertai keputusan operasi waduk antara lain melalui model matematik/numeric dan model fisik.
Penggelontoran (flushing) sedimen keluar dari waduk, syarat umum yang diperlukan adalah bentuk kolam waduk relatif sempit, tersedia volume air yang cukup besar, kondisi waduk memungkinkan untuk dilakukan pengosongan dalam jumlah relatif besar.
Pembuangan sedimen dari waduk secara mekanis dengan pertimbangan beberapa hal, antara lain ketersediaan peraltan, daerah yang dijadikan tempat pembuangan, jarak jangkauan, dan masalah lingkungan yang terkait. Peralatan basah seperti kapal keruk dan peralatan pengaduk (beble jet, nozzle jet) sedangkan peralatan kering seperti backhoe, clamshell, draglinw, shovel dan dump truck.
Konservasi kawasan hulu untuk mencegah/mengurangi sedimen masuk ke waduk dapat ditempuh dengan cara struktural termasuk pembangunan tampungan sedimen, bangunan terjunan, perlindungan tebing, serta pengendali dasar sungai. Cara non-struktural mencakup perbaikan daerah kelengkapan daerah tangkapan dengan perbaikan tanaman penutup dan rotasi tanaman untuk menekan laju erosi.
Baca juga Faktor Teknis dan Non Teknis Penyebab Robohnya Gedung
Pengelolaan kawasan hulu memperhatikan kondisi fisik yaitu, hujan, kondisi topografi, kondisi geologi, kondisi tanah, daerah rawan erosi/kritis, tataguna lahan, dan jenis tanaman. Pengelolaan tanah dan vegetasi di kawasan hulu dapat disertai dengan kegiatan pola tanam ganda yang dapat berupa sisitim tumpang sari, pola tanam berjajar dengan tanaman tahunan, pemberian mulsa, dan pemberian pupuk organik yang dapat meningkatkan kemantapan agregat tanah sekaligus kesuburan tanah. Penanganan secara sosial yaitu dengan meningkatkan dan perbaikan kebiasaan masyarakat kawasan hulu. Pemantauan sedimentasi waduk sekurang-kurangnya sekali dalam 2 tahun dapat dengan terjun langsung ke lapangan atau dengan teknolgi yaitu menggunakan foto udara.
Semoga artikel tentang PEDOMAN PENGELOLAAN SEDIMENTASI WADUK yang ILMUTEKNIK kali ini berikan bermanfaat. Jangan lupa untuk mengikuti INSTAGRAM dan FACEBOOK kami dan dapatkan informasi seputar dunia teknik setiap harinya.
1 komentar